Mengbudaya: Mengenal BudayaTahlilan dalam Masyarakat Muslim Jawa
Dalam mengenal berbagai tradisi dan budaya yang begitu banyak, tentunya budaya tahlilan sudah menjadi tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Budaya ini masih melekat pada kalangan masyarakat Muslim Indonesia, terutama yang tinggal pada daerah Pulau Jawa. Tahlilan ini dapat menjadi aktivitas rutin setiap malam Jum’at, serta momen-momen khusus seperti pemberian doa untuk kematian seorang muslim. Budaya ini biasa dilakukan secara ber-”jama’ah” dalam lingkup kecil masyarakat.
Latar Belakang Kebudayaan
Dengan melihat aspek sejarah, budaya tahlilan sebenarnya sudah dilakukan oleh para ulama’ dan para kiai sejak dulu. Berkumpul dalam melaksanakan tahlilan merupakan tradisi budaya yang telah diamalkan secara turun temurun oleh mayoritas umat Islam di Indonesia dengan membaca dzikir dan ayat-ayat Al-Quran.
Budaya tahlilan masih tetap ada sampai saat ini karena sebagian masyarakat percaya bahwa tidak satu pun unsur-unsur yang terdapat di dalamnya bertentangan dengan ajaran Islam, misalnya pembacaan surat Yasin, tahlil, tahmid, tasbih, dan semacamnya walaupun tidak diajarkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW ‘nabi bagi umat muslim’.
Nilai moral yang kini masih dibawa oleh budaya tahlilan dalam masyarakat, antara lain niat beribadah dengan pembiasaan menjaga hati dan lisan dengan mengucapkan kalimat-kalimat yang baik, memelihara dan menjalin hubungan silaturrahim, serta senantiasa memanjatkan pujian, harapan, dan permintaan kepada sang pencipta.
Wujud Kebudayaan
Perwujudan budaya tahlilan dimasukkan kedalam wujud ide. Artinya, wujud tersebut bersifat abstrak, tidak dapat dilihat dan diraba, seperti adat istiadat, nilai, dan norma. Wujud tersebut dapat berasal dari pemikiran manusia dimana mereka memiliki kecendrungan spiritual dan ritual dalam agama yang mereka anut serta memiliki keterikatan kepada pencipta alam semesta ‘Tuhan’.
Selain itu, budaya tahlilan juga merupakan wujud tindakan yang mana hasil aktivitas berpola di dalam masyarakat itu sendiri, seperti aktivitas keagamaan. Oleh karena itu, budaya tahlilan itu hasil perwujudan ide dan tindakan dalam masyarakat.
Pemosisian Kebudayaan
Dengan meninjau posisi, budaya tahlilan dapat ditinjau tiga perspektif pemosisian kebudayaan 3T, yaitu: tuntunan, tontonan, tatanan.
Tuntunan: Tahlilan sebagai bentuk perwujudan dari nilai agama, moral, keluhuran, etika, sosial.
Tontonan: Tahlilan sebagai bentuk kegiatan ritual keagamaan yang kerap mengundang banyak anggota masyarakat untuk hadir mengikuti budaya tersebut.
Tatanan: Tahlilan sebagai adat kebiasaan masyarakat muslim yang bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antar saudara dan tetangga dalam masyarakat.
Referensi:
Source image:
#MengBudaya #KATITB2021